Senin, 12 Juni 2017

Ceritaku di Bulan Ramadhan

Ceritaku di Bulan Ramadhan
Tak terasa atas izin Allah yang Maha Esa aku masih di bolehkan merasakan bulan Ramadhan di usiaku yang ke 22 ini. Aku rasa bulan Ramadhan tahun ini merupakan yang terberat, di samping bertepatan dengan pelaksanaan Ujian Akhir Semester, entah kenapa aku mendapat tantangan yang tidak pernah kurasakan sebelumnya, Rindu rumah.
Seketika memori ku terbang ke atas awan mengingat momen-momen ramadhan kala belum merantau seperti ini. Saat-saat ibuku membangunkan ku beserta adik-adik ku untuk sahur, lalu menyiapkan masakan untuk santap sahur, bahkan aku pun ikut menyuapi adik bungsu ku yang masih berusia 7 tahun. Kadang aku suka tertawa melihat ekspresinya yang masih terkantuk-kantuk berusaha mengunyah sesuap nasi.
Lalu saat pagi aku mulai bersekolah dan baru pulang ketika siang, aku dapat berleha-leha sepuasnya atau setidaknya sampai ibuku pulang sore harinya. Ketika ibu pulang, aku pun terkadang membantu menyiapkan makanan untuk berbuka, tak terlihat raut bosan atau protes diwajahnya mengingat segala aktivitas yang telah dijalaninya.
Maghrib pun tiba dan aku beserta adik-adik ku mengerumuni meja makan untuk berbuka puasa, makanan yang ada tidak terlalu banyak namun cukup lengkap, ada Es buah, Gorengan, Kolak, Ayam goreng serta nasi. Ketika selesai makan, ibu ku akan mulai menyerukan peringatan untuk segera mendirikan solat maghrib dan entah kenapa aku dan adik ku selalu tidak mengindakan seruan nya sampai batas terakhir. Ketika selesai tarawih, ibuku akan mengajak kami untuk mengikuti pengajian di masjid. Sering nya aku mengarang alasan untuk tidak menghadiri pengajian karena aku merasa malas.
Di tahun ini, aku merindukan itu semua, segala kenangan bulan Ramadhan di rumah. Aku bosan saat selalu terjaga menjelang sahur karena takut tidak bangun nantinya, bosan melihat menu sahur dan buka puasa yang tidak se enak rasanya di bandingkan dengan masakan di rumah dan bahkan bosan pergi keluar di malam hari, hal yang selalu ingin kulakukan ketika di rumah.

 Ketika perantauan menawarkan kebebasan dan kita telah hidup di dalamnya, kita akan menyadari bahwa sudah sepatutnya kita sebagai manusia untuk hidup di bawah aturan dan mematuhinya. Hal itu yang membedakan manusia dengan beragam ciptaan-Nya. Dan selalu hargai saat-saat bersama keluarga karena sejauh manapun kita melangkah, kita akan selalu berlari pulang menuju rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar