Ceritaku di
Bulan Ramadhan
Tak terasa
atas izin Allah yang Maha Esa aku masih di bolehkan merasakan bulan Ramadhan di
usiaku yang ke 22 ini. Aku rasa bulan Ramadhan tahun ini merupakan yang
terberat, di samping bertepatan dengan pelaksanaan Ujian Akhir Semester, entah
kenapa aku mendapat tantangan yang tidak pernah kurasakan sebelumnya, Rindu
rumah.
Seketika
memori ku terbang ke atas awan mengingat momen-momen ramadhan kala belum
merantau seperti ini. Saat-saat ibuku membangunkan ku beserta adik-adik ku
untuk sahur, lalu menyiapkan masakan untuk santap sahur, bahkan aku pun ikut
menyuapi adik bungsu ku yang masih berusia 7 tahun. Kadang aku suka tertawa
melihat ekspresinya yang masih terkantuk-kantuk berusaha mengunyah sesuap nasi.
Lalu saat pagi
aku mulai bersekolah dan baru pulang ketika siang, aku dapat berleha-leha
sepuasnya atau setidaknya sampai ibuku pulang sore harinya. Ketika ibu pulang,
aku pun terkadang membantu menyiapkan makanan untuk berbuka, tak terlihat raut
bosan atau protes diwajahnya mengingat segala aktivitas yang telah dijalaninya.
Maghrib pun
tiba dan aku beserta adik-adik ku mengerumuni meja makan untuk berbuka puasa,
makanan yang ada tidak terlalu banyak namun cukup lengkap, ada Es buah, Gorengan,
Kolak, Ayam goreng serta nasi. Ketika selesai makan, ibu ku akan mulai
menyerukan peringatan untuk segera mendirikan solat maghrib dan entah kenapa
aku dan adik ku selalu tidak mengindakan seruan nya sampai batas terakhir. Ketika
selesai tarawih, ibuku akan mengajak kami untuk mengikuti pengajian di masjid.
Sering nya aku mengarang alasan untuk tidak menghadiri pengajian karena aku
merasa malas.
Di tahun ini,
aku merindukan itu semua, segala kenangan bulan Ramadhan di rumah. Aku bosan
saat selalu terjaga menjelang sahur karena takut tidak bangun nantinya, bosan
melihat menu sahur dan buka puasa yang tidak se enak rasanya di bandingkan
dengan masakan di rumah dan bahkan bosan pergi keluar di malam hari, hal yang
selalu ingin kulakukan ketika di rumah.
Ketika perantauan menawarkan kebebasan dan
kita telah hidup di dalamnya, kita akan menyadari bahwa sudah sepatutnya kita
sebagai manusia untuk hidup di bawah aturan dan mematuhinya. Hal itu yang
membedakan manusia dengan beragam ciptaan-Nya. Dan selalu hargai saat-saat
bersama keluarga karena sejauh manapun kita melangkah, kita akan selalu berlari
pulang menuju rumah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar